Petaka Liburan

PEKAN pertama pasca usainya ujian sekolah di Bali diwarnai pilu. Jumat (5/6) petang lalu, seorang pelajar di Buleleng tewas saat menikmati sunset (matahari terbenam) di Pantai Kerobokan, Kecamatan Sawan, Buleleng (Radar Bali, 6/6).
Korban tersebut bernama Made Ngurah, 16, siswa kelas I SMA Karya Wisata, Singaraja. Dia tenggelam dan akhirnya meninggal, setelah terseret arus sekitar pukul 18.00 petang, ketika mandi di laut pantai tersebut bersama 10 rekannya. Mereka sedang asyik (tengah) menikmati masa liburnya.
Petaka kecelakaan saat libur sekolah memang hampir setiap tahun terjadi. Baik yang terjadi dalam kecelakaan lalu lintas, maupun peristiwa lainnya. Umumnya terjadi dalam rombongan siswa yang berdarma wisata maupun studi tur saat liburan.
Dalam beberapa tahun terakhir, tragedi 8 Oktober 2003 mungkin yang paling membekas. Saat itu, bus AO Transport yang mengangkut siswa dan guru SMK Yayasan Pembina Generasi Muda (Yapemda) Sleman, Jogjakarta, terbakar di wilayah Paiton, Situbondo, Jawa Timur. Bus tersebut dilalap api setelah bertabrakan dengan trailer dalam perjalanan pulang usai berdarma wisata ke Bali. Yang menggemparkan, sebanyak 48 siswa, dua guru dan seorang pemandu wisata tewas terpanggang di dalam bus nahas itu.
Awal bulan ini, 1 Juni lalu, niat tamasya para santri Ponpes Al Qodiri, Patrang, Jember ke Jatim Park, Malang, juga berbuah musibah. Bus yang mereka tumpangi tertabrak KA Mutiara jurusan Banyuwangi-Surabaya di pertigaan Jorongan, Leces, Probolinggo. Seorang guru olahraga tewas, dan penjaga pintu palang kereta api dijadikan tersangka karena lalai.
Itu belum termasuk peristiwa lain karena faktor alam. Seperti hilangnya (tersesat) lima anggota pramuka SMAN 1 Kapongan, Situbondo di Gunung Argopuro, Probolinggo, akhir Mei lalu. Beruntung mereka selamat setelah dilakukan pencarian selama tiga hari. Catatan di atas dalam bagian kecil peristiwa naas yang terjadi dan dialami siswa selama masa liburan.
Agenda darma wisata maupun studi tur sekolah sudah jamak ada di negeri ini. Bahkan di negara maju acara ini juga masih ada. Meski kerap terjadi pro-kontra (orang tua banyak yang menentang), namun agenda tersebut masih sering dilakukan. Tak jarang, siswa sudah menabung sejak kelas I agar saat lulus (kelas III) bisa berdarma wisata atau melancong merayakan kelulusan. Atau untuk sekadar acara bagi rapor dan sebagainya.
Hanya saja, berbagai faktor menyebabkan korban masih sering berjatuhan. Terutama masalah kelalaian. Baik dari pihak sekolah sebagai penanggung jawab acara, termasuk dari siswa maupun guru saat berlibur. Hingga kelalaian pihak ketiga, seperti pengusaha jasa angkutan maupun sopir bus pengangkut rombongan. Atau faktor lain seperti alam dan ketidak sigapan lainnya.
Awal Mei lalu, Menteri Perhubungan Jusman Syafii Jamal memasang iklan khusus angkutan liburan sekolah di sejumlah media massa. Salah satunya di Jawa Pos. Dalam advetorialnya, Menhub menghimbau seluruh pihak yang terkait angkutan liburan sekolah selalu berhati-hati. Poin pentingnya, Menhub meminta pihak-pihak tersebut untuk menjaga dan mengutamakan keselamatan penumpang. Mulai pihak sekolah, orang tua, siswa sendiri, pengusaha jasa angkutan hingga sopir. Termasuk berkoordinasi dengan Dishub masing-masing jika diperlukan.
Semoga rentetan kejadian tersebut tak terulang lagi. Mari kita semua menjaga keceriaan libur sekolah pelajar. Mulai orang tua hingga pihak-pihak terkait. Jangan biarkan kebahagiaan libur sekolah menjadi petaka yang memilukan. Jangan ada lagi generasi penerus yang mati sia-sia hanya karena tamasya.(*)

Komentar

Postingan Populer